Barak Militer Bantir, Sumowono | Satu Tempat, Berjuta Cerita yang Tak Terlupakan


Bagi sebagian orang, mendengar kata ‘Bantir’ mungkin tidak asing lagi ditelinga mereka. Bantir merupakan kompleks militer tua yang berada di Kecamatan Sumowono. Tempat ini sering kali dimanfaatkan untuk kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan atau LDK, biasanya kegiatan tersebut dilakukan oleh organisasi yang ada di  sekolah, perguruan tinggi, hingga organisasi masyarakat. 


Selain dikenal sering digunakan untuk kegiatan LDK, tempat tersebut juga memiliki nuansa horor yang kuat, apalagi ketika malam hari. Wajar saja karena kompleks Komando Latihan (Kolat) Rindam IV/Diponegoro itu sudah ada sejak zaman Belanda. Meski demikian, Bantir menjadi salah satu tempat favorit saya. Mengapa? Karena saya pernah mengalami pengalaman indah di sana.


Pertama kali saya ke Bantir itu pada saat kelas 7 Sekolah Menengah Pertama. Saya bersama seluruh murid kelas 7 pergi kesana untuk mengikuti kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu). Pada dasarnya, saya memang menyukai hal-hal tentang pramuka, terutama yang berbau perkemahan, jadi saya sangat bersemangat mengikuti kegiatan tersebut. Mulai dari upacara pembukaan, makan bersama, melakukan permainan yang mengandalkan kerja sama tim, api unggun, renungan malam, mendaki lereng gunung, hingga upacara penutupan, semuanya saya lakukan dengan bersemangat.


Acara utama yang paling ditunggu-tunggu setiap kegiatan berkemah ialah api unggun. Pada saat api unggun sudah menyala, panitia akan memanggil satu per satu kelas untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kebetulan kelas saya menampilkan paduan suara, kami bernyanyi dan bergembira bersama. Melupakan sejenak hawa dingin yang telah menyelimuti sejak sore hari. Malam itu menjadi malam terindah bagi saya. Di sana, di depan api unggun yang membara, saya duduk sembari melihat ke langit. Betapa luar biasa indahnya ketika saya melihat ke atas dan banyak sekali bintang bertaburan, layaknya glitter yang ditumpahkan. Belum pernah saya melihat hal seindah itu, tak henti-hentinya saya melihat ke langit dan mencoba merekam semua yang saya lihat.


Sejak hari itu, saya sangat ingin kembali ke Bantir. Menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar Bantir, merasakan dinginnya air di sana, dan mengingat kembali kenangan indah itu. Bantir, api unggun, dan segala cerita di dalamnya menjadi hal yang tidak akan saya lupakan sampai kapanpun. Terhitung sudah 7 kali saya mengunjungi tempat itu dengan cerita kenangan indah yang berbeda-beda. Tidak hanya tentang kenangannya, tetapi juga banyak pelajaran yang bisa saya ambil ketika di Bantir. Mulai dari membentuk kedisiplinan, membangun jiwa korsa, pentingnya kerja sama, melatih cepat tanggap dalam memahami situasi dan kondisi yang ada di sekitar, serta menjalin kebersamaan dengan teman-teman.


Barak militer Bantir sendiri terdiri dari 6 barak yang masing-masing berukuran 8 x 50 meter. Ada musholla, dapur, kamar mandi, kantin, dan barak utama yang biasanya ditempati oleh tentara yang bertugas memantau kegiatan. Untuk kamar mandi, ada 3 kamar mandi yang bisa digunakan yaitu dua kamar mandi yang berada di bawah dan satu yang berada di belakang dapur. Kamar mandi yang ada di bawah terdapat banyak bilik yang bisa digunakan dengan satu bak yang memanjang dari ujung ke ujung. Tentunya kamar mandi untuk perempuan dan laki-laki terpisah, ya. Semua bangunan yang ada di sana dicat dengan warna hijau, ciri khas dari barak militer tentara.


Comments