Bertahanlah Sebentar Lagi




🎶Sampai esok, sampai esok
Urungkan niat untuk mati
Mungkin saja hari esok atau lusa
Ada sesuatu yang menarik
Terlalu cepat, terlalu cep…🎶

“Kak Rhea..” Tiba-tiba sebuah panggilan menginterupsi masuk ke dalam kamar. Seketika alunan musik pun berhenti. Orang yang bernama Rhea menoleh ke arah pintu, sumber panggilan tersebut berasal.

“Kenapa, dek?”

“Anu kak.. Itu beras di dapur tinggal sedikit, kalau buat besok kayaknya enggak cukup.”

“Yaudah nanti kakak beli.” ucapnya dengan nada lembut.

“Sama itu kak…” sang adik ingin membicarakan sesuatu, tetapi ia merasa kesulitan mengingat hal yang akan dibicarakan menyangkut masalah uang. “Di sekolahku ada kegiatan studi wisata ke Bali dan semua siswa kelas sebelas wajib ikut.”

Rhea mengerti arah pembicaraan adiknya, lalu bertanya, “Berapa dan kapan terakhir bayarnya?”

“Satu juta, kak. Terakhir bayar nya hari Kamis minggu depan. Aku sudah coba bilang ke ibu, tapi ibu cuma diam aja.”

“Tunggu Selasa depan. Kakak akan kasih uangnya ke kamu. Kalau sudah dibayar, jangan lupa minta kuitansinya.”

“Iya, siap kak. Makasih Kak Rhea!” ujarnya dengan wajah sumringah sambil memeluk sang kakak tercinta, Rhea.

Setelah adiknya keluar dari kamarnya, Rhea langsung mengambil ponsel dan mengirimkan pesan kepada sahabatnya, Ann.


Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa semester 4, Rhea masih sempat untuk bekerja part-time di beberapa coffee shop di Semarang dan juga ia sering ikut lomba. Tak jarang Rhea memenangkan beberapa perlombaan. Uang dari lomba dan kerja part-time selalu ia sisihkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Umurnya memang masih 19 tahun, tetapi ia sudah harus menjadi tulang punggung bagi ibu dan adiknya.

Ayah Rhea meninggal 3 tahun lalu. Sejak itu, ibunya jarang memperdulikan ia dan adiknya. Fokus bekerja agar bisa membayar biaya kontrakan. Ibunya juga sering memarahi mereka berdua. Jarang ada pembicaraan diantara mereka bertiga. Maka dari itu, Rhea lebih sering curhat ke sahabatnya dari kecil, yaitu Ann. Kontrakan Rhea dan rumah Ann bersebelahan dan mereka sering bermain bersama waktu kecil. Jadi tak heran jika mereka bersahabat hingga saat ini.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01:30 dan Rhea masih berkutat dengan laptopnya. Mengerjakan tugas kuliahnya.

Huh.. Ayo Rhea semangat, demi ibu sama adik kamu, batinnya. Tanpa sadar, air matanya telah jatuh membasahi buku catatannya.


💪💪💪


Keesokan harinya, Rhea sedang duduk santai di salah satu bangku taman yang berada di area kampusnya, sembari mengerjakan tugas dan mendengarkan lagu kesukaannya, yaitu Birth dari JKT48. Suasana di sana tidak begitu ramai, hanya ada beberapa mahasiswa saja. Disaat sedang fokus berkutat dengan laptopnya, tiba-tiba seseorang datang menghampirinya dan langsung mematikan musik yang sedang diputar. Perempuan tinggi berhijab yang menggendong tas di punggungnya.

“Dengerin lagu itu terus, kamu tidak bosan apa?!” ujar seorang perempuan yang baru saja datang dan langsung menaruh pantatnya di samping kursi Rhea. Dia adalah sahabatnya, Ann.

“Tidak, aku sama sekali tidak bosan mendengarkan lagu ini. Oh iya, pesanku yang semalam kenapa hanya dibaca?”

“Aku sedang tidak ada info part-time, jadi pesanmu hanya kubaca saja,” jelas Ann. “Kamu sedang butuh uang? Untuk apa?”

“Adikku. Sekolahnya mengadakan studi wisata dan semua siswa kelas sebelas diwajibkan untuk ikut. Gajiku bulan ini belum cair. Tabunganku juga sisa lima ratus ribu doang. Semoga saja habis ini gajiku langsung cair, supaya bisa cepat melunasi pembayaran studi wisatanya.”

“Pinjam uangku sa..”

“Tidak! Terima kasih, tapi aku tidak ingin merepotkanmu.” potong Rhea. 

Disela-sela pembicaraan mereka, ponsel Rhea berbunyi, pertandan bahwa ada notifikasi pesan yang masuk. Buru-buru Rhea membukanya. Sedetik kemudian senyum tipis terukir di wajah cantiknya.

“Dari siapa? Kenapa kamu langsung senyum-senyum gitu?” tanya Ann yang penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan Rhea.

“Dari Kak Haikal!”

“Kak Haikal yang kerja di cafe sama kamu? Yang tinggi, ganteng, dan humoris itu?!”

“Iya! Lihat! Kak Haikal bilang kalo gaji aku sudah ditransfer.”


“Alhamdulillah, Rhe. Doa kamu langsung dijawab seketika!”

“Iya, alhamdulillah,” ucapnya sambil tersenyum lebar. Ann pun ikut senang melihat sahabatnya itu.

“Rhea!” teriak seseorang. “Kamu di sini toh ternyata, aku cari daritadi.”

“Ada apa kamu cari aku, Fay?” tanya Rhea. orang yang tadi meneriaki nama Rhea adalah Fay, teman sekelasnya.

“Aku sama anak-anak kelas mau belanja di DP Mall. Ikut, yuk!” ajak Fay.

“Maaf Fay, tapi aku gak bisa ikut. Aku ada..”

“Pasti kamu mau ngerjain tugas, kan? Ah, gak asik kamu,” potong Fay dengan nada kesal. “Yaudah deh, percuma juga ngajakin kamu.” Fay pergi begitu saja.

“Rhea, kamu baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja, Ann. Sudah biasa seperti itu. Aku harus berani untuk menolak ajakan mereka. Masih ada kebutuhan lain yang harus aku penuhi lebih dulu. Bayar studi wisata adikku lebih penting daripada belanja,” jawab Rhea sambil tersenyum.

Di umurnya yang belum genap menginjak 20 tahun, Rhea sudah harus mengesampingkan waktu bermain dengan teman-temannya dan lebih memilih untuk mengambil kerja part-time. Ada orang yang bilang, “Gunakan masa mudamu untuk melakukan hal-hal indah yang tak terlupakan, karena masa mudamu tidak terulang dua kali.” Tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Rhea. 

Semenjak kepergian sang ayah, hari-hari Rhea selalu diisi dengan lomba, kerja part-time, dan tugas-tugas kuliah. Bisa dibilang hampir tidak ada waktu untuk Rhea bermain dengan teman-temannya menikmati masa mudanya. Namun, dari semua hal yang Rhea jalani sekarang, ia jadi belajar untuk menahan hawa nafsunya. Lebih memprioritaskan kebutuhan keluarganya. Mendahulukan apa yang adikya butuhkan dibanding dengan apa yang dia butuhkan.

Meskipun hidupnya lebih sering berjalan tidak sesuai dengan harapan, Rhea tetap menerima semuanya dengan lapang dada. Menurutnya, semua yang dia jalani saat ini adalah sebuah proses untuk menjadi dewasa. Jika ditanya apakah pernah terbesit rasa untuk menyerah di benak Rhea, jawabannya tentu saja pernah. Tetapi mau bagaimana lagi, ini adalah hidup yang harus dia jalani. Kalau Rhea menyerah, siapa yang akan membantu adiknya nanti. Dia harus bertahan karena dia satu-satunya harapan keluarga, satu-satunya orang yang selalu ada untuk adiknya.

Comments

Popular posts from this blog

Barak Militer Bantir, Sumowono | Satu Tempat, Berjuta Cerita yang Tak Terlupakan